Mar 7, 2007

. Marah

Pagi ini saya membaca email dari sebuah milis, cerita tentang kejadian yang baru dialami oleh si pengirim email itu sendiri. Marah, itu yang dia rasakan. Sudah sejak lama dia tidak marah dalam kondisi apapun, tetapi pagi ini kemarahannya meluap karena hal yang sepele saja. Yang terjadi ketika dia marah adalah: memaki orang dan menggebrak meja di depannya. Akibatnya? Sakit di hati orang yang dimarahi dan sakit tangan yang memarahi (karna menggebrak meja :-p).

Umumnya orang setelah marah, baru menyesal. Padahal marah menyebabkan keadaan hati yang tidak nyaman, lagi pula tidak perlu. Mungkin memang cuma beberapa detik, tapi kata-kata yang tidak perlu terlanjur keluar dan sakit di tangan juga tidak perlu terjadi. Pikiran yang damai dan tentram berubah ketika marah menjadi kacau dan tidak jernih, ibarat samudra yang sedang dilanda badai.

“Anger comes out as a response to feelings of dissatisfaction, frustration and unhappiness, which usually arise when we dislike a person, an object or a situation.”

Jadi marah itu adalah suatu respon, sumbernya perasaan kecewa, frustasi atau ketidakbahagiaan. Jika tidak sedang frustasi, juga sedang bahagia, tapi masih bisa marah juga, mungkin sumbernya lebih pada kekecewaan, karena service yang diterima tidak sesuai harapan, dll.

Karena marah itu respon, artinya bisa kita control. Karena respon itu terserah kita. Pada situasi yang sama, kita bisa memilih untuk marah atau memilih untuk tenang.

Dari Abu Hurairah ra. bahwa: "seorang laki-laki berkata kepada Nabi SAW: 'Berilah wasiat kepadaku.' Nabi SAW bersabda: 'Janganlah engkau marah.' Lalu ia meminta nasihat lagi sampai beberapa kali. Sabdanya: 'Janganlah engkau marah.' (HR. Bukhari)

Abu Hurairah ra. berkata: Rasulullah SAW telah bersabda: 'Sebagian dari kebaikan keislaman seseorang ialah meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya.' (Hadits Hasan - HR. Tirmidzi)

No comments: