Jul 25, 2007

. Memenangkan Pertarungan Melawan Hawa Nafsu

Manusia senantiasa dalam pergulatan melawan nafsunya, sehingga ia bisa mengalahkan nafsunya atau nafsu itu yang mengalahkannya. Atau dengan kata lain, pertarungan itu akan tetap berlangsung sampai ajal menjemputnya.

"Dan deni jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya."
(Asy-Syams: 7-10)

Seperti yang telah disinggung di atas, dalam pergulatan melawan nafsu, manusia terbagi menjadi dua tipe:

a. Tipe manusia yang dikalahkan oleh nafsu mereka. Mereka cenderung kepada "bumi" dan kehidupan dunia. Mereka adalah orang-orang kafir dan siapa saja yang mengikuti jalan mereka, seperti orang-orang yang telah melupakan Allah sehingga Allah menjadikan mereka lupa diri. (Ref: QS. al Jatsiyah: 23)

b. Tipe orang yang sungguh-sungguh memerangi nafsunya. Kadang-kadang mereka menang, tetapi kadang-kadang kalah. Mereka kadang berbuat kesalahan tetapi mereka segera bertobat. Mereka kadang bermaksiat kepada Allah, namun lantas menyesal dan beristighfar. (Ref: QS. ali Imran: 135).

Rasulullah SAW bersabda:
"Setiap anak Adam banyak melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang banyak melakukan kesalahan adalah orang-orang yang banyak bertobat." (HR. Ahmad dan Tirmidzi)

Alat Bertarung!!
Untuk keluar sebagai pemenang pada pertarungan ini, ada dua perangkat dalam diri kita yang harus diperhatikan:

a. Hati
Selama hati dalam keadaan hidup, lembut, jernih, kukuh, dan bercahaya.

Ali bin Abi Thalib ra pernah berkata, "Sesungguhnya Allah SWT memiliki bejana di bumiNYA, yaitu hati. Maka, hati yang paling dicintaiNYA adalah hati yang paling jernih, lembut dan kukuh". Kemudian ia menafsirkannya, "paling kukuh dalam agama, paling jernih dalam keyakinan, dan paling lembut kepada saudara."

"Hati orang beriman itu mulus, di dalamnya terdapat cahaya yang terang. Sedangkan hati orang kafir itu hitam dan terbalik."
(HR. Ahmad dan Thabrani)

Allah SWT berfirman:
"... karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada." (QS. al Haj: 46)

b. Akal
Selama akal memiliki bashirah (kebijaksanaan), berpengetahuan, mampu membedakan, dan mencari ilmu yang dapat mendekatkan diri seseorang kepada Allah, serta mengetahui keagungan dan kekuasaanNYA.

Karena itulah Allah SWT berfirman:
"... sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hambaNYA , hanyalah ulama ..." (QS. Fathir: 28)

Rasul SAW telah memberikan isyarat mengenai nilai nikmat ini:
"Allah tidak pernah menciptakan suatu makhluk yang lebih memuliakan diriNYA daripada akal." (HR. HR. Tirmidzi)

Akal orang beriman adalah akal yang sadar, bisa membedakan antara kebaikan dan keburukan, halal dan haram, ma'ruf dan munkar, karena ia melihatnya dengan cahaya Allah. Cahaya akal tidak dapat dipadamkan kecuali oleh kemaksiatan-kemaksiatan, tidak pernah berhenti berbuat maksiat, terang-terangan berbuat maksiat, dan tidak pernah bertobat darinya.

Allah SWT berfirman:
"... (dan) barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah, tiadalah ia mempunyai cahaaya sedikit pun". (QS. an Nuur: 40)

May 24, 2007

. Be The Best... Not The Loser

Betapa banyak ayat dan hadits yang menyatakan kemuliaan agama Islam dan setiap orang yang menjadi pemeluknya. Namun fenomena yang nampak sekarang, begitu banyak orang Islam yang malah menjauhi nilai-nilai Islam dan memiliki semangat hidup yang lemah. Tidak terlihat lagi kemuliaan umat Islam seperti yang digambarkan dalam ayat-ayatNYA, kecuali hanya pada sedikit kalangan saja.

Umat Islam dan dunia Islam memrotes, menangis, mengeluarkan resolusi, dan kutukan-kutukan. Tetapi berapa banyak yang terlihat hasilnya, berapa besar perbaikan yang berhasil dilakukan. Protes, kutukan, dan aksi demonstrasi jalan terus, tetapi sepertinya para penguasa lebih memahami langgam kaum muslim: Tidak berapa lama juga pasti akan lupa pada masalahnya, lalu diam. Atau teralihkan oleh permasalahan yang tidak lebih penting dari yang dihadapi sebelumnya.

Umat Islam begitu mudah diperdaya dan dipecundangi. Tidak adakah lagi kemuliaan bagi kaum muslimin? Padahal dalam alQuran Allah SWT telah menjamin bahwa:

“kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”
(QS. Ali Imran : 110)


Anda, mereka, kita semua umat Islam is trully the best ummah, sungguh adalah umat yang terbaik! Umat yang paling mulia yang sengaja Allah SWT turunkan ke dunia untuk seluruh manusia dengan membawa tugas yang telah Allah SWT tetapkan. Jadi, umat Islam harusnya menjadi umat yang mulia, umat yang disegani, umat yang terbaik yang menjadi saksi atas umat manusia lainnya. Tetapi, semua itu tidak akan terjadi, jika umat Islam meninggalkan syarat untuk dapat menjadi umat yang mulia, yaitu beriman secara benar.

“Janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah pula kamu bersedih hati, karena kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.”
(QS Ali Imran: 139).

Jika kaum Muslim meninggalkan syarat untuk menjadi mulia, maka mereka akan menjadi umat yang hina,
The Loser
. Naudzubillaahi min dzaalik.

So, which one do you wanna be, that's up to your self.

May 10, 2007

. Mencari Taqwa

Taqwa kepada Allah SWT adalah modal kekayaan inspirasi, sumber cahaya dan karunia yang melimpah. Dengan taqwa kepada Allah SWT seorang mukmin bisa membedakan mana yang kosong dan mana yang isi, mana yang haq dan mana yang bathil. Orang-orang yang bertaqwa akan selalu mendapatkan jalan keluar yang menentramkan batinnya walau bagaimana besar dan rumitnya problema yang ia hadapi.

"Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan berimanlah kepada RasulNYA, niscaya Allah memberikan rahmatNYA kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu bisa berjalan dan DIA mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. al Hadid : 28)

Luar biasa taqwa, tetapi hanya orang-orang yang memahami hakikat taqwa saja yang dapat merasakan nikmatnya taqwa. Mengetahui tidak sama dengan memahami. Orang yang mengetahui belum tentu memahami apa yang diketahuinya. Mari kita mencari taqwa, untuk mengetahui dan memahami hakikat taqwa yang sebenarnya, sehingga nikmat apa yang telah Allah janjikan dalam ayat-ayatNYA dapat kita rasakan juga.

Hakikat Taqwa
Taqwa lahir sebagai konsekuensi logis dari keimanan yang kokoh, keimanan yang selalu dipupuk dengan selalu merasa dekat denganNYA, merasa takut terhadap murka dan adzabNYA, dan selalu berharap limpahan karunia dan ampunanNYA.

Taqwa adalah hendaklah Allah tidak melihat kamu dalam larangan-laranganNYA dan tidak kehilangan kamu dalam perintah-perintahNYA. Mencegah diri dari adzab Allah dengan membuat amal sholeh dan takut kepadaNYA di kala sepi atau terang-terangan.

Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Umar bin Khattab ra. bertanya kepada Ubay bin Ka'ab tentang taqwa. Ubay ra. menjawab:
"Bukankah Anda pernah melewati jalan yang penuh duri?"
"Ya.", jawab Umar.
"Apa yang Anda lakukan saat itu?"
"Saya bersiap-siap dan berjalan dengan hati-hati."
"Itulah taqwa."

Itulah taqwa, kepekaan batin, kelembutan perasaan, rasa takut terus menerus, selalu waspada dan hati-hati jangan sampai kena duri jalanan... Jalan kehidupan yang selalu ditaburi duri-duri godaan dan syahwat, kerakusan dan angan-angan, kekhawatitan dan keraguan, harapan semu atas segala sesuatu yang tidak bisa diharapkan. Ketakutan palsu dari sesuatu yang tidak pantas untuk ditakuti, dan masih banyak duri-duri yang lainnya...

Taqwa merupakan pilar utama dalam pembinaan jiwa dan akhlaq seseorang dalam rangka menghadapi fenomena kehidupan. Agar ia bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk dan agar ia bersabar atas segaka ujian dan cobaan.

"Barangsiapa bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rizqi dari arah yang tiada disangka-sangka." (QS. ath-Thalaq : 2-3)

Apr 17, 2007

. Sampai Dimana Batasan Anda

Suatu hari seorang saudara saya bercerita tentang temannya, seorang ikhwan. Diceritakan, saat itu mereka sedang mengikuti kegiatan rihlah. Kemudian ustadz yang memimpin kegiatan tersebut menyuruh seluruh peserta rihlah berlari mengelilingi sebuah lapangan yang berukuran tidak begitu besar. "Berlarilah semampunya!", seru sang ustadz.

Kemudian semuanya berlari mengelilingi lapangan seperti yang diperintahkan sang ustadz. Maha Suci Allah, nampak sebagian dari mereka mulai berguguran satu per satu, ada yang melanjutkan dengan berjalan, ada yang pada akhirnya duduk lemas, namun ada yang tetap berlari walaupun dengan nafas "ngos-ngosan".

Sampai pada akhirnya yang tertinggal hanya satu orang! Dia terus berlari, sementara teman-temannya sudah tumbang dan menunggu sampai dia berhenti berlari. Ustadz pun menunggu dengan sabar.. Akhirnya tiba saat dia berhenti berlari, dengan keringat mengukur di sekujur tubuhnya, dia jatuh pingsan! Ustadz dan teman-temannya lalu membawanya ke tempat yang lebih baik.

Beberapa saat kemudian dia siuman, lalu ditanya oleh sang ustadz,  "Kenapa kamu terus memaksa berlari, padahal aku melihat kamu sudah nampak kelelahan sekali. Dan Aku pun menyuruh berlari sesuai kemampuan saja?"

Kemudian dia menjawab, "Afwan ustadz.. Justru saya terus berlari karena ingin tau sampai dimana batas kemampuan saya. Setiap kali saya ingin berhenti, saya selalu berpikir bahwa sampai saat itu saya masih bisa berlari, sehingga saya terus berlari. Pada akhirnya saya tahu batasan itu, sampai saya tidak mampu lagi berlari karena jatuh pingsan."

Begitulah, bila kita memperhatikan cerita di atas, yang membuat batasan terhadap diri kita adalah kita sendiri. Sampai dimana batas kemampuan diri kita, kita sendiri yang menentukan. Dinding yang kita buat seringkali menjadi batasan dan alasan kita untuk tidak melakukan sesuatu, entah itu dinding kesulitan, ketidakmampuan, kelemahan, ketakutan, atau yang lainnya. Sehingga bila kita ingin menjadi orang yang dapat melakukan banyak hal, menjadi orang yang luar biasa, maka hancurkanlah dinding-dinding pembatas diri yang kita buat itu, "Breaking The Limit".

Apr 3, 2007

. Etika Utang Piutang

Sudah menjadi kebiasaan di masyarakat kita, di keluarga kita, atau bahkan terjadi pada diri kita sendiri, proses pinjam meminjam atau utang piutang dilakukan tanpa ada akad yang jelas. Saya meminjam uang, tidak besar, hanya sepuluh ribu rupiah saja kepada seorang sahabat. Saya katakan bahwa uang yang dipinjam ini akan dikembalikan secepatnya karena kebetulan saat ini saya lupa tidak membawa uang lebih, sementara kebutuhan sudah sangat mendesak (kebutuhan perut, misalnya ^_^). Dengan tidak berpikir panjang, namanya juga sahabat, langsung mengeluarkan sejumlah uang yang diminta, karena dia percaya kepada saya, atau mungkin karena jumlah uang yang dipinjam tidaklah begitu besar. Tidak dikembalikan pun mungkin tidak masalah bagi dia.

Di tempat yang lain, seseorang ditanya segala macam karena dia berniat meminjam sejumlah uang untuk keperluan bisnisnya. Tidak mudah baginya untuk meminjam uang. Mungkin jumlah uang yang akan dipinjam termasuk ukuran besar, atau mungkin karena terkait dengan suatu lembaga yang mengharuskan calon peminjam menjalani prosedur seperti itu.

Terlepas dari beragamnya peristiwa yang terjadi berkaitan dengan hal pinjam meminjam atau utang piutang ini, seperti dua contoh di atas, Allah SWT sudah memberikan aturan, etika dalam hal utang piutang.

"Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah, Tuhannya. Dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya. Dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. al Baqarah : 283)

Ayat di atas dapat dijadikan sebagai pedoman bagi yang berutang maupun yang diutangi. Ini bukanlah suatu kewajiban, namun begitu adalah suatu hal yang sangat baik apabila dilakukan. Tentu saja terdapat banyak kebaikan yang dapat diperoleh bagi yang menjalankannya. Bagi yang tidak menjalankan, tidak ada dosa baginya, tetapi dia tidak akan mendapatkan kebaikan apapun dalam hal ini. Karena ini adalah sunnah Rasulullah SAW.

Hadiah dari Utang vs Riba
Hati-hati terhadap hal ini. Banyak saudara kita sesama muslim yang terjebak dengan sistem riba. Allah menghalalkan pinjam meminjam, utang piutang, jual beli, tetapi mengharamkan riba.

Seseorang meminjam uang, maka yang harus dikembalikan oleh yang berutang hanyalah sebesar yang ia pinjam. Jika dalam akad utang piutang, yang berutang diharuskan mengembalikan sejumlah uang yang dipinjam plus tambahan sekian % (persen) dari pinjaman pokok, maka terdapat riba di dalamnya.

Orang yang berutang hanya diwajibkan mengembalikan utangnya sebanyak yang dia pinjam, tetapi boleh memberikan hadiah sebanyak yang dia (orang yang berutang) mau. Hadiah yang diberikan boleh berbentuk barang atau bahkan uang tambahan. Perbedaannya dengan riba, pemberian hadiah ini tidak ada dalam akad utang piutang. Hadiah ini diberikan secara sukarela oleh yang berutang. Tentu saja tidak memberikan hadiah pun tidak apa-apa.

Wallahu a'lam.

Mar 21, 2007

. Bersyukur ala Rasulullaah SAW

Untuk menjadi seorang ahli syukur, maka kita harus mengetahui wujud dari rasa syukur itu. Bukti syukur sebenarnya tidak cukup hanya dengan ucapan hamdalah. Bahkan seringkali rasa syukur itu diwujudkan dalam bentuk yang salah, tercela, dan cenderung negatif. Setelah acara kelulusan sekolah, sebagian siswa mencorat-coret seragam sekolahnya, berpawai, dan tidak sedikit malah membuat kericuhan. Masyarakat menggelar budaya syukuran, yang biasanya hanya sebatas pada acara ceremonial saja. Sementara itu ibadahnya tidak banyak mengalami peningkatan baik dari segi kualitas maupun kuantitas.

Saudaraku,
Mengapa Rasulullaah SAW yang sudah Allah SWT jamin masuk ke syurga, masih bersusah payah beribadah, berjihad, bahkan tidak kurang dari seratus kali dalam sehari beliau beristighfar memohon ampunan kepada-NYA.

Suatu saat Rasulullaah SAW melakukan Qiyamullail hingga telapak kaki dan betisnya menjadi bengkak, kemudian istrinya, 'Aisyah ra, bertanya kepada beliau, '"Mengapa Anda mengerjakan yang demikian? Bukankah dosa Anda yang telah lalu maupun yang akan datang telah diampuni?" Rasulullah Shalallahu'alaihi wa sallam bersabda: "Tidakkah engkau suka melihat Aku menjadi hamba yang bersyukur."' (HR. Bukhori, Tirmidzi, dan Nasa'i).

Rasulullaah SAW bersyukur atas karunia Allah SWT. Kemudian rasa syukurnya diwujudkan dalam ibadah dan amal-amal sholihnya yang berkualitas. Inilah wujud dari syukur kepada Allah SWT, adanya peningkatan dalam kualitas dan kuantitas ibadah. Shaum, Infak, Qiyamullail, dan ibadah lainnya senantiasa mengalami peningkatan dan perbaikan.

Ini hanyalah secuil dari sekian banyak jalan yang Rasulullaah SAW ajarkan kepada kita untuk mengetahui hakikat dari rasa syukur. Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita agar bisa menjadi seorang hamba yang pandai bersyukur.

Mar 16, 2007

. The April's Fool Day

Ada satu lagi kebudayaan berasal dari dunia barat yang harus diwaspadai dan dihindari oleh umat Islam, The April's Fool Day, atau April Mop, dimana orang-orang diperbolehkan menipu dan berbohong kepada orang lain. Biasanya orang akan menjawab bahwa April Mop, yang hanya berlaku pada tanggal 1 April, adalah hari di mana kita boleh dan sah-sah saja menipu teman, orang tua, saudara, atau sejenisnya, dan sang target tidak boleh marah atau emosi ketika sadar bahwa dirinya telah menjadi sasaran April Mop.

Di Balik Sejarah April Mop
April Mop, atau The April's Fool Day, berawal dari satu episode sejarah Muslim Spanyol di tahun 1487, atau bertepatan dengan 892 H. Sejak dibebaskan Islam pada abad ke- 8M oleh Panglima Thariq bin Ziyad, Spanyol berangsur-angsur tumbuh menjadi satu negeri yang makmur.

Pasukan Islam tidak saja berhenti di Spanyol, namun terus melakukan pembebasan di negeri-negeri sekitar menuju Perancis. Perancis Selatan dengan mudah dibebaskan.
Kota Carcassone, Nimes, Bordeaux, Lyon, Poitou, Tours, dan sebagainya jatuh. Walaupun sangat kuat, pasukan Islam masih memberikan toleransi kepada suku Got dan Navaro di daerah sebelah Barat yang berupa pegunungan. Islam telah menerangi Spanyol. Karena sikap para penguasa Islam yang begitu baik dan rendah hati, banyak orang-orang Spanyol yang kemudian dengan tulus dan ikhlas memeluk Islam. Muslim Spanyol bukan saja beragama Islam, namun sungguh-sungguh mempraktikkan kehidupan secara Islami. Tidak saja membaca Al-Qur'an, namun bertingkah laku berdasarkan Al-Qur'an. Mereka selalu berkata "tidak" untuk musik, bir, pergaulan bebas, dan segala hal yang dilarang Islam. Keadaan tenteram seperti itu berlangsung hampir enam abad lamanya.

Selama itu pula kaum kafir yang masih ada di sekeliling Spanyol tanpa kenal lelah terus berupaya membersihkan Islam dari Spanyol, namun selalu gagal. Maka dikirimlah sejumlah mata-mata untuk mempelajari kelemahan umat Islam Spanyol. Akhirnya mereka menemukan cara untuk menaklukkan Islam, yakni dengan pertama-tama melemahkan iman mereka melalui jalan serangan pemikiran dan budaya.

Maka mulailah secara diam-diam mereka mengirimkan alkohol dan rokok secara gratis ke dalam wilayah Spanyol. Musik diperdengarkan untuk membujuk kaum mudanya agar lebih suka bernyanyi dan menari daripada membaca Al Qur'an. Mereka juga mengirimkan sejumlah ulama palsu untuk meniup-niupkan perpecahan ke dalam tubuh umat Islam Spanyol. Lama-kelamaan upaya ini membuahkan hasil.

Akhirnya Spanyol jatuh dan bisa dikuasai Pasukan Salib. Penyerangan oleh pasukan Salib benar-benar dilakukan dengan kejam tanpa mengenal peri kemanusiaan. Tidak hanya pasukan Islam yang dibantai, tetapi juga penduduk sipil, wanita, anak-anak kecil, orang-orang tua. Satu-persatu daerah di Spanyol jatuh.

Granada adalah daerah terakhir yang ditaklukkan. Penduduk-penduduk Islam di Spanyol (juga disebut orang Moor) terpaksa berlindung di dalam rumah untuk menyelamatkan diri. Tentara-tentara Salib terus mengejar mereka. Ketika jalan-jalan sudah sepi, tinggal menyisakan ribuan mayat yang bergelimpangan bermandikan genangan darah, tentara Salib mengetahui bahwa banyak muslim Granada yang masih bersembunyi di rumah-rumah. Dengan lantang tentara Salib itu meneriakkan pengumuman, bahwa para Muslim Granada bisa keluar dari rumah dengan aman dan diperbolehkan berlayar keluar Spanyol dengan membawa barang-barang keperluan mereka.

Orang-orang Islam masih curiga dengan tawaran ini. Namun beberapa dari orang Muslim diperbolehkan melihat sendiri kapal-kapal penumpang yang sudah dipersiapkan di pelabuhan. Setelah benar-benar melihat ada kapal yang sudah disediakan, mereka pun segera bersiap untuk meninggalkan Granada dan berlayar meninggalkan Spanyol.

Keesokan harinya, ribuan penduduk muslim Granada keluar dari rumah-rumah mereka dengan membawa seluruh barang-barang keperluan, beriringan berjalan menuju pelabuhan. Beberapa orang Islam yang tidak mempercayai pasukan Salib, memilih bertahan dan terus bersembunyi di rumah-rumah mereka.

Setelah ribuan umat Islam Spanyol berkumpul di pelabuhan, dengan cepat tentara Salib menggeledah rumah-rumah yang telah ditinggalkan penghuninya. Lidah api terlihat menjilat-jilat angkasa ketika mereka membakari rumah-rumah tersebut bersama dengan orang-orang Islam yang masih bertahan di dalamnya. Sedang ribuan umat Islam yang tertahan di pelabuhan, hanya bisa terpana ketika tentara Salib juga membakari kapal-kapal yang dikatakan akan mengangkut mereka keluar dari Spanyol. Kapal-kapal itu dengan cepat tenggelam. Ribuan umat Islam tidak bisa berbuat apa-apa karena sama sekali tidak bersenjata. Mereka juga kebanyakan terdiri dari para perempuan dengan anak-anaknya yang masih kecil-kecil. Sedang para tentara Salib telah mengepung mereka dengan pedang terhunus.

Dengan satu teriakan dari pemimpinnya, ribuan tentara Salib segara membantai umat Islam Spanyol tanpa rasa belas kasihan. Jerit tangis dan takbir membahana. Seluruh Muslim Spanyol di pelabuhan itu habis dibunuh dengan kejam. Darah menggenang di mana-mana. Laut yang biru telah berubah menjadi merah kehitam-hitaman.

Tragedi ini bertepatan dengan tanggal 1 April. Inilah yang kemudian diperingati oleh dunia Kristen setiap tanggal 1 April sebagai April Mop (The April's Fool Day). Pada tanggal 1 April, orang-orang diperbolehkan menipu dan berbohong kepada orang lain. Bagi umat Kristiani, April Mop merupakan hari kemenangan atas dibunuhnya ribuan umat Islam Spanyol oleh tentara Salib lewat cara-cara penipuan. Sebab itulah, mereka merayakan April Mop dengan cara melegalkan penipuan dan kebohongan walau dibungkus dengan dalih sekedar hiburan atau keisengan belaka.

Bagaimana sekarang kita menyikapi budaya April Mop, itu tergantung hati masing-masing. Semoga Allah SWT senantiasa membuka mata hati kita, sehingga setiap sikap kita dapat memancarkan kemuliaan akhlak dan kepribadian Islami. Amin.

-----
Beberapa sumber online menyatakan bahwa sejarah di atas hanyalah hoax/bohong belaka. Tetapi pada banyak sumber lain mengatakan hal yang senada dengan isi blog ini. Silakan memberi komentar untuk merekonstruksi kesalahan yang ada. Dibalik terjadinya perbedaan informasi yang global ini, mari kita cermati apakah ada kebaikan/manfaat dari budaya April Mop? - Red.

Mar 9, 2007

. Kisah Keberanian Menghadapi Maut

Ada sepenggal kisah keberanian beberapa sahabat Rasulullah SAW dalam menghadapi maut. Kematian yang justru dirindukan dan sangat diidam-idamkan kehadirannya, yaitu mati dalam keadaan syahid.

"Berperanglah kamu baik dalam kondisi ringan maupun berat, dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah." (QS. at Taubah : 41)

Penggalan pertama:
Diriwayatkan bahwa abu Khaitsamah ra ditingal oleh anaknya pada perang Badr, maka ia pun datang menghadap kepada Rasulullah SAW, seraya berkata, "Sungguh aku sangat merasa kecewa dalam perang Badr. Padahal aku sangat berambisi (untuk mati syahid) sampai-sampai aku mengikutsertakan putraku Khaitsamah, dalam pertempuran tersebut. Ternyata ia terkena anak panah dan itulah yang membuatnya syahid. Semalam aku melihatnya dalam mimpiku. Ia tampak dengan wajah berseri-seri, seraya berjalan di antara rimbunnya pepohonan surga yang dikelilingi sungai-sungai. Ia berkata kepadaku, 'Wahai, ayahku. Sudilah kiranya ayah menemani kami di dalam surga ini. Sungguh, aku benar-benar telah mendapatkan kebenaran janji Robb-ku.' Ya, Rasulullaah, Hal itulah yang membuatku merasa rindu untuk menemaninya. Apalagi usiaku sudah semakin lanjut dan tulang-tulangku sudah terasa rapuh. Rasanya aku sudah ingin sekali berjumpa dengan Robb-ku. Maka sudilah kiranya baginda mendoakan aku, semoga Allah mengaruniakan padaku Syahadah, sehingga adapatlah aku menemani Khaitsamah di dalam surga."

Rasulullaah pun mendoakannya. Akhirnya ia menemui syahidnya dalam perang Uhud.

Pada penggalan kisah yang lain:
Diriwayatkan bahwa pada sebagian peperangan, seorang anak dengan ayahnya saling berlomba agar dap-at diikutsertakan berjihad. Maka keduanya pun diundi dan undian tersebut jatuh untuk si anak.
Maka si bapak berkata kepada anaknya, "Dahulukanlah ayahmu, nak!"
Si anak berkata, "Tetapi ayah, ini demi mendapatkan balasan surga. Seandainya bukan itu, maka demi Allah, aku pasti mendahulukan ayah."

Pejuang-pejuang dahulu apabila ia jatuh tersungkur di medan laga, maka ia berkata, "Wahai Robb-ku. Kini aku akan segera menemuiMU untuk mendapatkan keridhaanMU."

Yang lain berkata di akhir hayatnya, "Esok kan kutemui sang kekasih, Muhammad dan sahabat-sahabatnya."

Lalu ada yang berkata di saat ia menghampiri ambang kematian, "Ini adalah hari-hari yang sangat menggembirakan."

Ada pula yang berkata di saat bayang-bayang maut sudah mendekat dan musuh telah mengepungnya dari segala penjuru, "Sekiranya Allah menghendaki keberkahan, dengan menghancurlumatkan tubuhku, aku tak peduli, asal aku mati sebagai muslim, untuk Allah kematianku yang pasti."

"Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikitpun tidak mengubah (janjinya)." (QS. al Ahzab : 23)

"Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Robb-nya dengan mendapat rezeki." (QS. ali Imran : 169)

Mar 7, 2007

. Marah

Pagi ini saya membaca email dari sebuah milis, cerita tentang kejadian yang baru dialami oleh si pengirim email itu sendiri. Marah, itu yang dia rasakan. Sudah sejak lama dia tidak marah dalam kondisi apapun, tetapi pagi ini kemarahannya meluap karena hal yang sepele saja. Yang terjadi ketika dia marah adalah: memaki orang dan menggebrak meja di depannya. Akibatnya? Sakit di hati orang yang dimarahi dan sakit tangan yang memarahi (karna menggebrak meja :-p).

Umumnya orang setelah marah, baru menyesal. Padahal marah menyebabkan keadaan hati yang tidak nyaman, lagi pula tidak perlu. Mungkin memang cuma beberapa detik, tapi kata-kata yang tidak perlu terlanjur keluar dan sakit di tangan juga tidak perlu terjadi. Pikiran yang damai dan tentram berubah ketika marah menjadi kacau dan tidak jernih, ibarat samudra yang sedang dilanda badai.

“Anger comes out as a response to feelings of dissatisfaction, frustration and unhappiness, which usually arise when we dislike a person, an object or a situation.”

Jadi marah itu adalah suatu respon, sumbernya perasaan kecewa, frustasi atau ketidakbahagiaan. Jika tidak sedang frustasi, juga sedang bahagia, tapi masih bisa marah juga, mungkin sumbernya lebih pada kekecewaan, karena service yang diterima tidak sesuai harapan, dll.

Karena marah itu respon, artinya bisa kita control. Karena respon itu terserah kita. Pada situasi yang sama, kita bisa memilih untuk marah atau memilih untuk tenang.

Dari Abu Hurairah ra. bahwa: "seorang laki-laki berkata kepada Nabi SAW: 'Berilah wasiat kepadaku.' Nabi SAW bersabda: 'Janganlah engkau marah.' Lalu ia meminta nasihat lagi sampai beberapa kali. Sabdanya: 'Janganlah engkau marah.' (HR. Bukhari)

Abu Hurairah ra. berkata: Rasulullah SAW telah bersabda: 'Sebagian dari kebaikan keislaman seseorang ialah meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya.' (Hadits Hasan - HR. Tirmidzi)

Mar 5, 2007

. Ideologi Evolusi Terguncang di Perancis

Buku harun Harun Yahya berjudul “Atlas Penciptaan” mengguncang Perancis. Sampai-sampai Menteri Pendidikan nya langsung turun tangan sendiri. Ada apa?

Mengawali tahun 2007, kemunculan buku “L'ATLAS DE LA CREATION“ (Atlas Penciptaan) yang berjumlah ribuan di Perancis menimbulkan guncangan hebat. Sedemikian hebatnya, sampai menteri pendidikan Perancis merasa khawatir dan mewanti-wanti para direktur sekolah dan universitas bahwa buku tersebut tidak sejalan dengan kurikulum dan tidak perlu dipedulikan, tulis AFP edisi 2 Februari 2007.

Mengapa hal ini begitu penting hingga pejabat setingkat menteri pendidikan Perancis turun tangan?

Alasannya sederhana, buku karya Harun Yahya ini menyibak fakta penciptaan yang selama ini disembunyikan dan ditutup-tutupi oleh teori evolusi, teori ateis yang diindoktrinasikan melalui lembaga pendidikan dan ilmiah Perancis agar masyarakat negeri itu tidak mampu memahami fakta penciptaan. (Silakan buka situs http://www.harunyahya.com/

Buku Atlas Penciptaan dicetak dengan foto-foto bermutu tinggi dan penampilan memukau. Karya besar ini sangatlah penting dalam menyingkap bukti-bukti nyata ilmiah penciptaan oleh Tuhan, serta menyibak ketidakabsahan teori evolusi secara ilmiah. Pengiriman gratis buku tersebut ke banyak politikus, pegawai pemerintah, kalangan akademisi, seniman, ilmuwan ternama dan tokoh penting lain di Perancis telah menimbulkan “guncangan ideologis“, meminjam kata-kata mereka yang secara buta mendukung teori evolusi di negeri itu.

Info selengkapnya dapat dilihat di: Percikan Iman

Mar 2, 2007

. BE THANKFUL

Be thankful that you don't already have everything you desire,
If you did, what would there be to look forward to?

Be thankful when you don't know something
For it gives you the opportunity to learn.

Be thankful for the difficult times.
During those times you grow.

Be thankful for your limitations
Because they give you opportunities for improvement.

Be thankful for each new challenge
Because it will build your strength and character.

Be thankful for your mistakes
They will teach you valuable lessons.

Be thankful when you're tired and weary
Because it means you've made a difference.

It is easy to be thankful for the good things.
A life of rich fulfillment comes to those who are
also thankful for the setbacks.

GRATITUDE can turn a negative into a positive.
Find a way to be thankful for your troubles
and they can become your blessings.


__________________
versi Indonesia...



BERSYUKURLAH !

Bersyukurlah karena engkau tidak memiliki semua yang diinginkan.
Jika engkau memiliki semuanya, apalagi yang hendak dicari ?

Bersyukurlah saat engkau tidak mengetahui sesuatu,
Karena itu memberi kesempatan kepadamu untuk belajar.

Bersyukurlah atas masa2 sulit yang engkau hadapi,
Karena selama itulah engkau tumbuh menjadi dewasa.

Bersyukurlah atas keterbatasan yang engkau miliki,
Karena hal itu memberimu kesempatan untuk memperbaiki diri.

Bersyukurlah atas setiap tantangan baru,
Karena hal itu akan membangun kekuatan dan karaktermu.

Bersyukurlah atas kesalahan2 yang engkau perbuat,
Karena hal itu memberimu pelajaran yang sangat berharga.

Bersyukurlah ketika engkau lelah dan tak berdaya,
Karena berarti engkau telah membuat suatu perbedaan.

Adalah mudah untuk bersyukur atas hal2 yang baik.
Kehidupan yang bermakna adalah bagi mereka yang juga bersyukur atas kesulitan
yang dihadapi.

Rasa syukur bisa mengubah hal negatif menjadi positif.
Berusahalah bersyukur atas kesulitan yang engkau hadapi sehingga kesulitan itu
akan menjadi berkah bagi dirimu.

Mar 1, 2007

. Speak Good, or Be Silent

Ada sejenis kecemburuan tersendiri kalau saya melihat seorang pelukis sedang melukis. Melalui kegiatan bercakap-cakap dengan diri sendiri, seorang pelukis kemudian mengungkapkan hasil percakapan tadi ke dalam sebuah lukisan.
Sehingga bagi siapa saja yang cukup peka untuk memaknai karya seni, ia bisa menerka percakapan apa yang terjadi di balik banyak lukisan.

Agak berbeda dengan pelukis di mana lukisanlah salah satu hasil percakapannya dengan diri sendiri, kita manusia biasa memiliki juga hasil dari percakapan panjang kita bersama diri sendiri. Dan hasil yang paling representatif adalah badan yang kita bawa kemana-mana selama hidup. Atau kalau mau lebih dalam, jiwa adalah salah satu hasil lain dari percakapan jenis terakhir ini.

Dilihat dalam bingkai berpikir seperti ini, hidup ini isinya serupa dengan kegiatan melukis. Bedanya dengan pelukis, kita sedang melukis diri kita sendiri.
Mirip dengan pelukis, ada aspek yang disengaja ada juga aspek yang tidak disengaja.
Dan percakapan adalah kuas, kertas, warna yang menjadi bahan-bahan kita dalam melukis. Dalam tingkat penyederhanaan tertentu, apapun yang kita percakapkan dengan diri sendiri akan memberikan warna terhadap lukisan (baca : wajah) kita sendiri.

Coba Anda perhatikan orang-orang yang suka sekali bicara negatif.
Dari ngerumpi kejelekan orang lain, iri, dengki, menempatkan orang lain dalam posisi tidak pernah benar, sampai dengan suka berkelahi dengan banyak orang.
Perhatikan badan dan sinar mukanya, bukankah berbeda sekali dengan orang lain yang percapakannya lebih banyak berisi hal-hal yang positif?

Lebih dari sekadar memiliki wajah berbeda, orang yang isi percakapannya hanya dan hanya negatif, juga berhobi memproduksi penyakit yang akan dihadiahkan pada tubuhnya sendiri. Berbagai jenis penyakit siap menawarkan diri secara amat suka rela kepada orang-orang jenis ini. Dari penyakit fisik sampai dengan penyakit psikis.

Di luar kesengajaan mereka, atau bersembunyi di balik ?enangan?saat, orang-orang seperti ini sedang memukul, menusuk dan bahkan menghancurkan badan dan jiwanya. Kalau kemudian lukisan kehidupannya berwajah hancur lebur, tentu bukan karena sengaja dihancurkan orang lain.

Dalam bingkai renungan seperti ini, layak dicermati kembali bagaimana persisnya kita bercakap-cakap dengan diri sendiri setiap harinya.
Entah ketika di depan cermin, entah tatkala berhadapan dengan banyak perkara, entah di manapun kita selalu bercakap-cakap dengan diri sendiri.
Tidak hanya sejak bangun pagi sampai tidur malam kita melakukan percakapan, bahkan ketika tidurpun kita bercakap-cakap dengan diri sendiri.

Kalau semuanya bisa digerakkan dari tataran kesadaran semata, semua orang hanya mau bercakap-cakap yang positif saja.
Sayangnya, kekuatan di balik percakapan tidak saja berada di wilayah kesadaran.
Ia juga berakar dalam pada wilayah-wilayah di luar kesadaran.
Di sinilah letak tantangannya.
Orang-orang yang terlalu lama memformat lukisannya dengan percakapan-percakapan negatif, tentu dihadang tantangan yang lebih besar. Demikian juga sebaliknya.

Akan tetapi, seberapa besarpun tantangannya, pilihan diserahkan ke kita, akankah kita membuat lukisan diri sendiri yang berwajah indah, atau bopeng mengerikan di sana-sini. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, percakapan memang kendaraan yang amat menentukan dalam hal ini.

Seorang sahabat jernih pernah memberikan pedoman amat sederhana dalam hal ini:
SPEAK GOOD, OR BE SILENT.
Bicaralah hal-hal yang baik saja, kalau tidak bisa diamlah.
Tampaknya terlalu sederhana, tetapi menangkap esensi yang paling esensi.
Sekaligus memberikan kompas, ke arah mana perjalanan percakapan sebaiknya dilakukan.

Tertawa tentu saja boleh dan bahkan sehat.
Namun tertawa dengan cara mentertawakan kekurang fisik orang lain tentu saja layak untuk dikurangi. Waspada dan hati-hati juga tidak salah, namun curiga apa lagi menuduh orang lain tanpa bukti mungkin perlu rem yang menentukan dalam hal ini.

Demikian juga ketika melihat kekurangan orang lain, atau juga kekurangan diri sendiri.
Serakah misalnya, kenapa tidak dibelokkan menjadi serakah belajar dan berusaha.
Kebiasaan mumpung sebagai contoh lain, mumpung berkuasa kenapa tidak segera menjadi contoh dari hidup yang lurus dan bersih. Iri hati juga serupa, bisa saja energi-energi iri hati digunakan sebagai mesin pendorong kemajuan yang amat menentukan. Bentuk tubuh yang tidak menarik sebagai contoh lain, kenapa tidak digunakan sebagai cambuk untuk mengembangkan kecantikan dari dalam diri.

Dari serangkaian contoh ini, yang diperlukan sebenarnya kesediaan untuk senantiasa berdisiplin di dalam diri. Terutama disiplin untuk mendidik mulut dan pikiran, serta membelokkan setiap energi negatif ke tempat-tempat yang lebih produktif. Kalau ada yang menyebutnya susah, tentu saja tidak salah. Karena mirip dengan lukisan indah yang senantiasa dihasilkan pelukis dengan penuh perjuangan, demikian juga dengan lukisan kehidupan.

Kita hanya perlu mengingat sebuah kalimat sederhana : bicaralah yang baik, atau diam sekalian. Dan atas rahmat Tuhan lukisan kehidupanpun mungkin berwajah lebih menarik.
Setidaknya, itulah yang sedang saya percakapkan dengan sang diri ketika tulisan ini dibuat.

***

mengingat sebuah teguran dari Sang Rosul Pilihan :
"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam,"
shodaqorrosulullah...

Sumber: Detik.com